Langsung ke konten utama

Unggulan

Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) : Penyebab dan Pengendaliannya

 Karat Daun Kopi ( Hemileia vastatrix ) : Penyebab dan Pengendaliannya Penyebab penyakit karat daun kopi Jamur yang menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman kopi adalah Hemileia vastatrix pada umumnya adalah parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gambar 1. Konidia jamur Hemilleia sp. Pada H. vastatrix ini spora yang memegang peranan penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah urediospora yang dibentuk dalam jumlah yang besar. Urediospora membentuk pembuluh kecambah yang seterusnya membentuk apresorium di depan mulut kulit, dan seterusnya jamur mengadakan penetrasi ke dalam jaringan daun (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gambar 2. Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gejala penyakit yaitu pada sisi bawah daun terdapat becak-becak yang semula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning tua, terbentuk tepung berwa

Laporan Praktikum Zooteknik, Tingkah Laku, dan Tilik Hewan Pada Ruminansia

                         LAPORAN PRAKTIKUM TINGKAH LAKU DAN TILIK HEWAN

                                                                PADA RUMINANSIA


III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian handling dan restraint beserta contohnya
Handling merupakan upaya membatasi gerakan hewan tanpa menggunakan alat bantu. Sementara, restrain merupakan upaya mengendalikan hewan menggunkaan alat bantu secara fisik maupun kimia. Handling dan restrain ini dilakukan dalam tujuan tertentu. Susanti dan Widarto (2020) mengemukakan tujuan restrain pada satwa, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kondisi fisik satwa
b. Pemeriksaan status kesehatan satwa
c. Pengobatan satwa
d. Translokasi satwa
e. Evakuasi satwa

Selama dalam proses handling dan restain, kesejahteraan hewan (animal welfare) menjadi hal yang perlu diperhatikan. Untuk handling dan restrain dengan tujuan penelitian, penggunaan prosedur yang berkaitan dengan metode kesejahteraan hewan diperlukan untuk meningkatkan akurasi pengukuran yang akan berubah dari keadaan tidak nyaman menjadi keadaan nyaman hewan (Darusman et al, 2018). Kesejahteraan hewan yang baik ini meliputi kesejahteraan fisik dan mental. Prinsip animal welfare tertuang dalam 5 freedom. Prinsip 5F ini merupakan factor ideal untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan hewan. Adapun 5F ini meliputi:
a. Freedom from hunger and thirst
b. Freedom from discomfort
c. Freedom from pain, injury or disease
d. Freedom to express normal behavior
e. Freedom from fear and distress
Dengan begitu, proses handling dan restrain yang dilakukan akan tetap memberikan dampak yang tidak merugikan bagi hewan. Sehingga, hewan akan merasa dalam keadaan aman dan selamat selama dalam
prosesnya. Adapaun menganai contoh handling pada hewan ruminansia, sebagai berikut:


3.2. Alat restrain sapi, kambing dan domba beserta fungsinya
Dalam proses restrain, terkadang operator membutuhkan bantuan alat yang dapat memudahkan. Alat restrain juga akan meingkatkan efisiensi kerja. Adapun alat restrain tersebut antara lain:
A. Tali
Tali merupakan alat yang sederhana namun, memiliki manfaat begitu besar dalam proses restrain. Dengan tali, hewan dapat diikat agar tetap dibawah kendali operator.
B. Kandang
Kandang merupakan alat restrain yang digunakan untuk membatasi gerak hewan di suatu area tertentu. Hal ini untuk menghindari hilangnya hwan, hewan lepas, dan lain sebagainya. Kandnag (Ballard and Rockett, 2009)
C. Nose tongs
Nose tongs merupakan alat pemberisih hidung yang dapat mempermudah membersihkan hidung hewan ternak Nose tongs (Ballard and Rockett, 2009)

3.3. Jenis jenis sapi potong dan sapi perah
1) Sapi Bali
Sapi bali merupakan sapi local yang lahir dan berkembang di Indonesia. Tidak hanya di Pulau Bali, Sapi Bali juga berkembang di seluruh wilayah nusantara terutama di Pulau Jawa dan Lombok. Namun, dalam rangka menjaga kemurnian genetic dari sapi Bali, Pemerintah Provinsi Bali melarang pengambilan bibit sapi betina untuk tujuan tertentu di luar provinsi Bali. Hal ini sudah menjadi ketetapan yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2004 dan Peraturan Daerah Nomor 02/2003. Sapi Bali memiliki ciri dan perwakan yang cukup berbeda dengan sapi lainnya. Adapun mengenai ciri-ciri sapi Bali sebagai berikut:
  • Warna rambut sapi berubah seiring dengan petambahan usia. Pada saat lahir berwarna cokelat agak muda. Beranjak dewasa, rambut sapi betina lebih gelap sementara sapi jantan berwarna cokelat gelap juga dan sebagian ada yang hitam.
  • Kaki dibagian carpal dan tarsal ke bawah berwarna putih. Warna putih juga muncul pada bagian tepi tubuh seperti ujung ekor, telinga, bibir, dan bagian caudal.
  • Badan memanjang dan tidak teralu besar
  • Tidak memiliki punuk
  • Gelambir tidak terlalu terlihat
  • Kepala pendek dengan dahi yang datar
  • Tanduk pada jantan tubuh ke luar sedangkan pada betina tumbuh arah dalam kepala Sapi Bali (Zelan, 2017)
2) Sapi Madura
Sapi Madura merupakan sapi local yang berasal dari Indonesia selain dari sapi Bali. Sapi Madura juga salah satu tipe sapi perkerja yang terutama digunakan untuk membantu para petani. Dalam kehidupan masyarakat Madura, sapi Madura memiliki peran yang peting terhadap kondisi budaya. Karapan sapi merupakan salah satu tradisi masyarakat Madura dengan menggunakan sapi Madura jantan. Oleh karena itu, keberadaan sapi Madura perlu dijaga kelestariannya sebagai aset budaya yang berharga. Mengenai karakteristik, sapi Madura mempunyai bentuk khas dan mirip antara satu dengan lainnya, sebagai berikut:
  • Warna rambut baik sapi jantan maupun betina kecoklat-merahan
  • Warna femur extremitas caudal berwarna putih
  • Karakteristik badan kecil dengan kaki yang pendek
  • Bentuk tanduk yang khas, kecil dan mengerucut
  • Memiliki punuk walaupun pendek
  • Bobot sapi Madura jantan sekitar 275-300 kg dan betina 180-250 kg Sapi Madura (Disnak Jatim, 2013)
3) Sapi ongole
Sapi ongole (Bos indicus) merupakan sapi yang berasal dari India. Sapi ini termasuk ke dalam tipe sapi pekerja sekaligus pedaging. Persebaran sapi Ongole di Insonesia sudah cukup popular. Sapi ongole yang disilangkan dengan sapi Madura melahirkan sapi PO (Peranakan Ongole). Adapun mengenai karakteristik sapi ongole sebagai berikut:
  • Rambut pada sapi ongole berwarna putih
  • Memiliki gelambir panjang
  • Punuk tinggi sangat jelas terlihat
  • Kepala pendek melengkung
  • Telinga panjang
  • Bobot sapi Ongole jantan mencapai 600 kg dan betina hanya berkisar 450 kg Sapi Ongole (Balitbang Pertanian, 2013)
4) Sapi Brahman
Sapi brahman merupakan sapi yang berasal dari India namun, dikembangkan di Amerika. Sapi Brahman merupakan salah satu tipe sapi pedaging yang paling baik. Hal ini dikarenakan sapi Brahman tidak terlalu selektif terhadap pakan namun, daging yang dihasilkan memiliki bobot dan kualitas yang tinggi. Adapun karakteristik yang khas dimiliki oleh sapi Brahman antara lain:
  • Warna kulit bervariasi mulai dari putih, agak keabuan, cokelat, dan cokelat gelap
  • Memiliki punuk yang besar
  • Gelambir berlipat tidak hanya di bawah cervicalis tapi juga sampai di bawah abdomen
  • Telinga memanjang ke bawah
  • Tanduk tidak terlalu panjang
  • Bobot sapi Brahman dewasa mencapai 800 kg dan pada betina mencapai 550 kg Sapi Brahman (Mansur, 2019)
5) Sapi limousine
Sapi limousine merupakan sapi Eropa yang berasal dari perancis. Di Indonesia, sapi limousine murni jarang ditemui, karena kebanyakan sudah disilangkan dengan sapi local. Sapi limousine merupakan sapi tipe pedaging yang memiliki bobot yang berat, dapat melebihi 1 ton. Bobotnya yang besar ini berpengaruh terhadap pemebuhan kebutuhan konsumsi sapi yang tinggi. Untuk ciri-ciri dari sapi limousine, sebagai berikut
  • Warna kulit bervariasi dari putih, cokelat hingga hitam
  • Perawakan badan besar
  • Bobot jenis jantan berkisar 1000-1400 kg dan betina 600-850 kg
  • Tidak berpunuk
  • Gelambir hampir tidak terlihat
  • Pada bagian tertentu, berwarna putih seperti metatarsal, mata, dan mulut Sapi limousine (Ramadhanti, 2020)
6) Sapi simmetal
Sapi simmetal merupakan sapi Switzerland yang banyak berkembang di Eropa dan Amerika. Sapi simmetal merupakan tipe sapi pedaging yang memiliki intensitas pertumbuhan yang cepat.di Indonesia, sapi simmetal mengalami inseminasi dengan sapi PO yang melahirkan SimPO (Simmetal Peranakan Ongole). Sapi SimPO ayng dihasilkan ini tidak berbeda jauh dengan sapi simmetal asli, adapun mengenai karakteristik sapi simmteal sebagai berikut:
  • Warna kulit tubuh merah bata hingga kecokelatan
  • Sementara bagian cranium berwarna putih
  • Daerah di sekitar mata, tarsal dan carpal ke bawah, berwarna sama denan tubuh/ cokelat
  • Memiliki gelambir
  • Pertumbuhannya cepat dengan bobot pada sapi simmetal jantan dapat mencapai 1200 kg dan betin beriksar 700-800 kg Sapi simmetal (media tani, 2020)
7) Sapi Aberdeen angus
Sapi angus merupakan salah satu sap yang memiliki kaakteristik dari arna rambutnya yag berbeda dengan sapi lainnya namun, masih termasusk ke dalam klasifiasi Bos Taurus. Sapi Angus ini berasal dari Skotlandia dan memiliki peran untuk peningkatan mutu genetika sapi. Sapi angus berpotensi sangat bagus dalam berbegai program penyilanagan hal ini dikarenakan tanduknya yang dugul dan warnanya yang hitam (Panjono, 2019). Selain tiu, sapi angus merupakan tipe sapi pedaging yang menghasilkan produk kakas yang unggul, tidak kalah dengan produk sapi lainnya. Adapun mengenai karakteristik sapi angus sebagai berikut:
  • Rambut tubuh berwarna hitam
  • Tanduk dugul
  • Perawakan tubuh besar dan padat
  • Memiliki gelambir
  • Bobot jantan mencapai 1100 kg dan betna 800 kg
  • Sapi aberdeen angus (Ulfah, 2021)
8) Sapi shorthorn
Sapi shorthorn merupakan sapi yang berasal dari aianggris. Sapi ini termasuk ke dalam jenis sapi dwiguna yaitu oenghasil daging dan susu, dengan intensitas produksi susu yang lebih tinggi. Namun, sekarang sapi shorthron dikembangkan lebih lanjut sebagai sapi potong, Sapi shorthorn memiliki kapasitas pertumbuhan yang cukup tinggi juga, tentu hal ini diikuti dengan meningkatkanya kesuburan terhadap reproduksi sapi shorthorn. Adapun mengenai ciri-ciri dari sapi shorthorn, sebagai berikut:
  • Rambut di bagian tubuh dominansi berwarna merah bata
  • Tanduk tidak dimiliki oleh semua sapi shorthorn
  • Garis leher, punggung, sampai dengan ke unung caudal hampir rata
  • Perawakan tubuh besar dengan pertumbuhan abdomen yang menyamping
  • Memiliki punuk 
9) Sapi brahman cross
Sapi brahman cross merupakan jenis sapi hasil domestikasi sapi brahman asli yang kemudiaan disilangkan dengan sapi jenis lain. Untuk mendapatkan hasil yang generic yang lebih bervariasi lagi, hasil persilangan tersebut disilangkan kembali dengan sapi brahman asli lagi, Sapi brahman cross memiliki banyak di kembangkan di Indonesia karena sapi ini termasuk jenis sapi yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, tahan terhadap parasite, dan sebagai sapi pedaging, karkas yang dihasilkan juga baik. Untuk karakteristik brahman cross lebih lanjut sebagai berikut:
  • Warna rambut pada tubuh sapi brahman cross bervariasi mulai dari putih, cokelat, hitam, abu-abu, dan loreng
  • Memiliki punuk
  • Terdapat gelambir seperti pada sapi umumnya
  • Tanduk lurus ke samping
  • Teling Panjang
  • Karkas brahman cross yang dihasilkan berkisar 45%-55% (Bappeda litbang, 2017)
10) Sapi freisian Holstein
Sapi fresisian Holstein (FH) merupakan tipe sapi perah yang berasal dari Belanda. Produk karkas freisian Holstein berupa susu namun, pada sapi freisian Holstein jantan dapat dipelihara sebagai sapi potong. Karena memiliki daya adaptasi yang baik, sapi freisian Holstein dapat dikembangkan di Indonesia meskipun prosuk kakas yang dihasilkan tisak semaksimal di negara asal. Dalam mendukung pertumbuhannya, manajemen pemeliharaan terutama pakan, sangat berpengaruh terhadap sapi dan kualitas karkas yang diproduksi. Oleh karena itu, perlunya manajemen pemeliharaan yang baik dan intensif terhadap freisian Holstein. Adapun mengenai ciri dan karakteristik freisian Holstein sebagai berikut:
  • Warna rambut tubuh yaitu putih dengan bercak-bercak hitam
  • Tanduk pendek
  • Produksi susu dapat mencapai 7,9 ton/tahun
  • Memiliki gelambir
  • Terdapat punuk
  • Sapi freisian Holstein (Safuan, 2020)

3.4. Jenis jenis kambing potong dan perah
1) Kambing kacang
Kambing kacang merupakan kambing local dengan tipe kambing potong untuk dimanfaatkan karkas dagingnya. Tipe ini berkembang di Indonesia dan banyak diternakkan sebagai kambing yang unggul. Adapun mengenai karakteristik dari kambing kacang sebagai berikut:
  • Perawakan badan kecil
  • Bobot kambing kacang jantan sekitar 25-30 kg dan betina berkisar antara 20-25 kg
  • Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk
  • Warna rambut tubuh bervariasi antara putih, hitam, cokelat, dan bercak-bercak
  • Ekor kambing kacang pendek yang melengkung ke atas
  • Aktif memanjat dan memiliki nafsu kawin tinggi (Dinas Pertanian dan Pangan Demak, 2020)
2) Kambing etawa
Kambing etawa merupakan jenis kambing yang memproduksi karkas berupa susu. Kambing etawa ini berasal dari India namun, dalam perkembangannya di Indonesia mengalami persilangan yang melahirkan kambing PE (peranakan etawa). Adapun mengenai karakteristik dari kambign etawa sebagai berikut:
  • Perwakan badan cukup besar
  • Bobot saat baru lahir, kambing etawa jantan dan betina hampir sama sekitar 3-4 kg
  • Namun, ketika sudah dewasa, kambing etawa jantan memiliki bobot 68-91 kg dan etawa betina dapat mencapai 63 kg
  • Produksi susu kambing etawa dapat mencapai 3 litter/hari
3) Kambing jawarandu
Kambing jawarandu merupakan jenis kambing yang berasal dari persilangan antara kambing kacang dengan kambing etawa. Dengan begitu, kambing jawarandu termasuk ke dalam tipe dwiguna yang dapat menghasilkan karkas berupa susu dan daging. Adapun mengenai karakteristik dari kambing jawarandu sebagai beriku:
  • perawakan badan kecil
  • bobot pada kambing jawarandu jantan mencapai 40 kg dan pada betina 35 kg
  • bertanduk baik pada kambing jantan maupun betina
  • telinga lebar, dan memanjang ke bawah
  • susu yang dihasilkan mencapai 1,5 liter/hari, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan kambing etawa Kambing Jawarandu (Pemkab Kulon Progo, 2019)
4) Kambing boer
Kamign boer merupakan kambing yang berasal dar Afrika Selatan. Kambing boer termasuk ke dalam ambing perah yang menghasilkan prosuk karkas berupa susu. Kambing boer memiliki tubuh yang kokoh dan mampu beradaptsi pada suhu tinggi (43℃). Kambig boer juga bertingkah lebih aktif terutama pada daerah pegunungan. Adapun mengenai karakteristik fisik dari kambing boer sebagai berikut:
  • Perawakan tubuh besar dan kuat
  • Rambut tubuh berwarna putih sedangkan untuk daerah mata sampai dengan cervicalis berwarna cokelat
  • Memiliki ekor pendek yang menjuntai ke atas
  • Bobot kambing boer jantan dewasa capat mencapai 120-150 kg dan untuk betina memiliki bobot sekitar 80-90 kg
  • Kambing boer baik jantan maupun betina memiliki tanduk
3.5. Jenis jenis domba
1) Domba ekor tipis
Domba ekor tipis merupakan domba pedaging dengan kuantitas tubuh kecil. Dengan tubuh yang tidak dapat membesar, karkas daging yang dihasilkan juga tidak cuup banyak. Adapun mengenai karakteristik lain dari domba ekor tipis yaitu:
  • Berperawakan badan kecil
  • Kulit berupa wol yang kusut
  • Ekor tumubh ke bawha dan tidak adanya deposisi lemak
  • Telinga kecil menyamping
  • Tanduk umumnya hanya pada domba jantan ekor tipis (Nurlaela, 2018)
2) Domba ekor tebal
Sama halnya dengan domba ekor tipis, domba ekor tebal juga termsuk ke dalam domba pedaging. Namun, kuantitas karkas yang dihasilan oleh domba ekor tebal lebih banyak dari pada domba ekor tipis. Adapun mengenai karakteristik dari domba ekor tebal antara lain:
  • Rambut kasar dan tebal berwarna putih
  • Perawakan domba terlihat besar
  • Kedua jenis betima ataupun jantan memiliki tanduk pendek yang tertutupi oleh rambut
  • Domba jantan bertanduk sementara betina umnya tidak bertanduk

IV. HASIL PRAKTIKUM
4.1. Sebutkan dan jelaskan cara handling dan restrain sapi, kambing dan domba
A. Nose lead
Nosel leap atau tali keuh merupakan salah satu cara handling dan restrain pada sapi, tali keluh ini akan memundahkan untuk nantinya sapi pindah tempat. Adapun cara memasang tali keluh,sebagai berikut:
  • siapkan tali tyang tidak terlalu panjang
  • masukkan ujung tali melalui 2 lubang hidung
  • kemudian lingkarkan tali ke belakang kepala
  • satukan ujung tali tersebut dengan tali yang berada si depan kepala
B. Handling dan restrain pada kambing dan domba

Cara mengarahkan badan hewan ke arah operator:
  • Operator menjepit kedua kaki hewan
  • lakukan pendekatan dengan cara mengelus-elus bagian kepala kambing
  • salah satu kaki oprator mengunci kaki depan kambing
  • cranium kambing dipegang dengan 2 tangan
  • dekatkan cranium kambing dengan badan operator

Cara mengangkat kambing/domba
  • operator berada di samping kambing
  • kedua tangan menopangtubuh hewan dengan tangan kanan berada di bawah cervicalis, ujung cranial adbomen tangan kiri berada di caudal

e) Casting kambing/domba
Casting merupakan teknik yang digunakan untuk merobohkan kambing, adapun langkah-langkah melakukan casting pada kambing sebagai berikut:
  • operator berada di samping kambing
  • operator memegang 2 kaki dena dna belakang yang terdekat
  • kedua kaki tersebut digunakan untuk meirobohkan badan kambing
  • badan kambing di letakkan ke bawah dengan kepala kambing diletakkan di atas pada operator
  • setelah roboh, kedua tangan oprator tetap memegang kaki kambing
  • kemudian lengan tangan operator juga menekan leher kambing agar tidak memberontak


4.2. Sebutkan dan jelaskan lokasi pengambilan darah dan injeksi pada sapi kambing dan domba
C. Lokasi pengambilan darah
a) Vena coccygeal
Pengambilan darah di vena coccygeal terletak di bagian tulang ekor pada ruas ke 2-3. Adapun cara pengambilannya sebagai berikut:
  • lakukan handling pada ruminansia
  • beri aseptik pasa daerah vena coccygeal
  • kemudian beri alkoohol 70%
  • tusukkan spuit ke vena jugularis dengan posisi 30°dengan lengan operator
b) Vena jugularis
Pengambilan darah di vena jugularis terletak di bagian cervicalis bagian kanan. Adapun cara pengambilannya sebagai berikut:
  • lakukan handling pada ruminansia
  • beri aseptik pasa daerah vene cocygeal
  • kemudian beri alkoohol 70%
  • injeksikan spuit ke m.subcutan dengan posisi 30°dengan lengan operator
  • keluarkan spuit perlahan, dan segera bersihkan dengan kapas beralkohol

D. Lokasi injeksi
a) M. subcutan
Lokasi injeksi M.subcutan terletak di bagian tengkuk pada dorsal. Adapun cara pengambilannya sebagai berikut:
  • lakukan handling pada ruminansia
  • kemudian bersihkan daerah subcutan dengan alkoohol 70%
  • tusukkan spuit ke m.subcutan dengan posisi 30°dengan lengan operator
  • spuit dikeluarkan secara perlahan dan segera tekan dengan kapas beralkohol

b) M. semimembranosus
Lokasi injeksi M. semimembranosus terletak di bagian femur pada extremitas caudal. Adapun cara pengambilannya sebagai berikut:
  • lakukan handling pada ruminansia
  • kemudian bersihkan daerah m. semimembranosus dengan alkoohol 70%
  • tusukkan spuit ke m. semimembranosus dengan posisi 30°dengan lengan operator
  • spuit dikeluarkan secara perlahan dan segera tekan dengan kapas beralkohol

c) M.trapezius
Lokasi injeksi M. trapezius terletak di sekitar bagian thorax pada lateral abdomenl. Adapun cara pengambilannya sebagai berikut:
  • lakukan handling pada ruminansia
  • kemudian bersihkan daerah m. trapezius dengan alkoohol 70%
  • tusukkan spuit ke m. trapezius dengan posisi 30°dengan lengan operator
  • spuit dikeluarkan secara perlahan dan segera tekan dengan kapas beralkohol

4.3. Sebutkan dan jelaskan metode yang digunakan dalam casting sapi
A. Casting Metode Squezze
Metode squezze merupakan metode merobohkan sapi dengan menggunakan tali panjang sekitar 6 meter. Prinsip dari metode squezze yaitu menekan rongga dada dan rongga abdomen pada hewan sehingga, hewan akan kekurangan oksigen dan akhirnya roboh.
  • cara mengikatkan tali pada nose leap yang mengelilingi leher sapi
  • tali ditarik ke belakang pada punggung depan dan dilingkarkan kembali
  • ujung tali di ambil dari bawah abdomen dan dimasukkan pada tali di abdomen
  • tarik tali ke arah belakang dan lingkarkan kembali melalui sisi luar
  • ambil tali melalui bawah abdomen dan masukkan ke tali di medial abdomen
  • tarik sisa tali memanjang ke belakang hingga sapi roboh

B. Metode Barley
Casting dengan menggunakan metode barley merupakan metode merobohkan sapi dengan menggunakan prinsip menekan persendian pada sapi sehingga, sapi akan kehilangan kesimbangan dan akhirnya roboh. Adapun mengenai cara casting dengan metode barley, sebagai berikut:
  • membagi tali menjadi 2 sama panjang
  • tali dilingkarkan ke bagian bawah leher
  • kedua ujung tali ujung masing-masing dilingkarkan pada extremitas cranial
  • tarik tali ke atas dengan menyilang pada daerah dorsal
  • ambil tali dan ditarik ke belakang melewati extremitas caudal
  • tarik sisa tali ke belalkang hingga sapi roboh

V. KESIMPULAN
Ruminansia merupakan salah satu tipe hewan yang banyak diperlihara sebagai hewan ternak. Rumiansia yang berkembang di Indonesia antara lain sapi, kambing, dan domba. Masing-masing ruminansia tersebut, mempunyai jenis yang berbeda. Handling dan restrain dilakuakn pada semua jenis ruminansia. Handling dan restrain juga harus memperhatikan aspek animal welfare, guna tidak memberi dampak menyakitkan bagi hewan. Proses handling dan restrain seringkali membutuhkan alat yang dapat membantu prosesnya. Alat restrain pada ruminansia antara lain tali dan kandang yang berguna untuk membatasi area gerak ruminansia.


Komentar

Postingan Populer