Langsung ke konten utama

Unggulan

Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) : Penyebab dan Pengendaliannya

 Karat Daun Kopi ( Hemileia vastatrix ) : Penyebab dan Pengendaliannya Penyebab penyakit karat daun kopi Jamur yang menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman kopi adalah Hemileia vastatrix pada umumnya adalah parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gambar 1. Konidia jamur Hemilleia sp. Pada H. vastatrix ini spora yang memegang peranan penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah urediospora yang dibentuk dalam jumlah yang besar. Urediospora membentuk pembuluh kecambah yang seterusnya membentuk apresorium di depan mulut kulit, dan seterusnya jamur mengadakan penetrasi ke dalam jaringan daun (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gambar 2. Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gejala penyakit yaitu pada sisi bawah daun terdapat becak-becak yang semula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning tua, terbentuk tepung berwa

Paper : Peran Virus dalam Agensia Hayati

PERAN VIRUS DALAM AGENSIA HAYATI 

Virus dapat berperan sebagai agens pengendali hayati, misalnya adalah bakteriofage dan mikovirus. Bakteriofage adalah virus yang menginfeksi bakteri. Sejak pertama kali ditemukan pada awal abad 20, bakteriofage telah dievaluasi untuk mengendalikan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri, termasuk bakteri tumbuhan. Di luar negeri, akhir-akhir ini bakteriofage sering dievaluasi untuk mengendalikan penyakit hawar api pada apel dan pir, layu pada tembakau, kanker ada jeruk, bercak pada jeruk, hawar pada geranium, lodoh pada jamur merang dan hawar Xanthomonas pada bawang (Obradovic, et. al., 2004 cit Widadi, et. al., 2012)
Mikovirus merupakan virus yang menginfeksi jamur. Pada jamur patogen tumbuhan, infeksi mikovirus dapat menyebabkan hipovirulen. Dengan demikian mikovirus dapat dikembangkan sebagai agens pengendali hayati terhadap jamur patogen tumbuhan. Parameter lain yang biasanya terkait dengan hipovirulensi adalah menurunnya laju pertumbuhan koloni, menurunnya tingkat sporulasi, perubahan warna koloni jamur inangnya, dan lain sebagainya. Apabila jamur inangnya adalah jamur patogen tumbuhan, maka mikovirus ini dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan jamur tersebut (dikembangkan sebagai agens pengendali hayati/agens virokontrol). Contoh mikovirus sebagai pengendalian hayati antara lain Cryphonectria hipovirus 1 (CHV-1) dan Mycoreovirus 1 (MyRV-1) untuk mengendalikan penyakit hawar kastanye, Rhizoctonia solani Partitivirus 2 (RsPV2) untuk mengendalikan penyakit hawar pelepah padi, serta mikovirus untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur Rosellinia necatrix (Supyani, 2017).
Namun, virus tidak dapat digunakan untuk mengendalikan virus. Misalnya saja virus CMV (Cucumber Mosaic Virus) pada tanaman tomat. Virus pada tomat ini masih merupakan penyebab utama kegagalan atau rendahnya panen yang didapat petani. Virus sangat sulit dikendalikan, karena virus hidup sebagai parasit obligat di dalam sel tanaman, sehingga usaha untuk mematikan virus hanya bisa dilakukan dengan mematikan sel atau jaringan tanaman inangnya. 
CMV pertama kali dilaporkan pada tahun 1916 sebagai salah satu penyebab penyakit tanaman. Sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif untuk mengendalikan virus atau serangga vektornya, satu – satunya cara adalah penggunaan kultivar tomat yang tahan/resisten terhadap virus. CMV bersifat terbawa benih (seedborn), dapat ditularkan dari induk ke keturunannya, secara mekanik, maupun melalui serangga vektor seperti kutu daun dan aphid. Gejala yang ditimbulkan CMV berbeda – beda pada setiap tanaman inang yang diserang. Pada tomat, biasanya timbul gejala mosaik pada daun, penggulungan daun, reduksi lamina daun, dan tanaman menjadi kerdil (stunt) (Chupp, et al., 1960 cit Tudaryati et al., 2011). Gejala tanaman yang terinfeksi  CMV sangat bervariasid an dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kultivar, strain virus, kondisi lingkungan, dan fase pertumbuhan. Kultivar yang tahan hanya menunjukkan gejala mosaik yang sangat ringan atau tidak bergejala, sedangkan kultivar rentan menunjukkan gejala mosaik yang berat sampai terjadinya malformasi daun.
Agens hayati yang digunakan untuk mengendalikan CMV adalah dengan menggunakan PGPR. Aplikasi PGPR diharapkan dapat menginduksi ketahanan sistemik tanaman.  Ketahanan sistemik terinduksi dicirikan oleh akumulasi asam salisilat (SA) dan pathogenesis-related  protein  (PR-protein),  misalnya peroksidase. Secara  umum  dapat  dilaporkan  bahwa terdapat perbedaan  yang nyata antara benih yang diberi perlakuan PGPR  dengan  benih  yang  tidak  diberiperlakuan PGPR menunjukkan bahwa aplikasi PGPR dapat meningkatkan  pertumbuhan  tanaman.  Hasil  penelitian  Murphy et. al. (2000)  cit Taufik et. al., (2005)  menunjukkan  bahwa  perlakuan  tanaman  tomat  dengan Rhizobacteria menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar. Sebagian besar isolat PGPR yang digunakan dapat  mempertahankan  potensi  bobot  buah  tanaman  meskipun terinfeksi oleh CMV dan ChiVMV.
Virus dapat berperan sebagai agens pengendali hayati, misalnya adalah bakteriofage dan mikovirus. Bakteriofage adalah virus yang menginfeksi bakteri. Mikovirus merupakan virus yang menginfeksi jamur. Namun, virus tidak dapat digunakan untuk mengendalikan virus. Misalnya saja virus CMV (Cucumber Mosaic Virus) pada tanaman tomat. Agens hayati yang digunakan untuk mengendalikan CMV adalah dengan menggunakan PGPR. Penggunaan PGPR diharapkan dapat menginduksi ketahanan sistemik tanaman tomat.  Ketahanan sistemik terinduksi dicirikan oleh akumulasi asam salisilat (SA) dan pathogenesis-related  protein  (PR-protein).

  
REFERENSI : 
Supyani. 2017. Mikovirus, Pengembangannya sebagai Agens Pengendali Hayati. Jurnal Perindungan Tanaman di Indonesia. 1;1-7
Taufik, S. Hidayati, G. Suastika, S. Sumaraw, S. sujiprihati. 2005. Kajian Plant Growth Promoting Rhizobacteria sebagai Agens ProteksiCucumber Mosaic  Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus pada Cabai. Hayati 12: 139-144
Tudaryati, L. A.,  F.  Nurilmala dan K.  Dwiharniati. 2011. Uji Ketahanan Tiga Varietas Tomat (Solanum licopersicum L.). Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa 1: 101 – 110
Widadi, S., Linayati, dan Sumiyati. 2012. Exploration of bacteriophage virulent to Xanthomonas camprestris pv campretis toward development as biocontrol agent for cabbage black root desease. Jurnal Caraka Tani. 28:7-14
#virus #mikovirus #bakteriofag #agenshayati #agensiahayati #pengendalianhayati #CMV #viruspadatomat

Komentar

Postingan Populer