TOMATO GRAFTING IN INDONESIA??
Tomat merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang penting di Indonesia. Penyakit layu bakteri yang disebabkan
oleh Ralstonia solanacearum merupakan
penyakit penting dengan kerugian dapat mencapai 100%. Pengendalian yang ada
belum mampu mengatasi penyakit ini Pengendalian
penyakit telah dilakukan terutama dengan praktik budaya seperti rotasi tanaman,
pengolahan tanah, pengelolaan tanaman yang tepat, dan perawatan benih, sedangkan
pestisida sintetik dapat menyebabkan resisten pada bakteri dan residu pestisida
dapat menyebabkan kematian organisme Namun, praktik pengendalian ini tidak dapat
secara efektif mencegah infeksi R.
solanacearum masuk ke tanaman. Grafting merupakan salah satu
alternatif pengendalian terhadap penyakit tersebut. Penggunaan batang bawah ini
diharapkan dapat menekan perkembangan penyakit layu bakteri serta meningkatkan
produksi tomat.
Grafting merupakan penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
dan tumbuh sebagai satu tanaman. Penggunaan varietas pada batang bawah yang
tahan akan penyakit R. solanacearum
biasanya Solanum torvum dan batang
atas yang sesuai dengan produk yang diinginkan (Arwiyanto et. al., 2015). Keberhasilan grafting dapat mencapai 95 dan 85%
dalam kasus batang terong dan tomat batang atas. Tanaman cangkok dari semua
perawatan dan S. torvum tidak
menunjukkan gejala sampai 28 hari setelah inokulasi sementara 'Kalenda' dan
'Sanmarino' mulai layu pada 3 hari setelah inokulasi dan sepenuhnya layu pada 7
hari setelah inokulasi (Arwiyanto et.
al., 2015).
Teknik grafting yang cocok diterapkan pada grafting tanaman
tomat adalah tube grafting, Batang atas dipilih tanaman tomat yang memiliki
produksi tinggi dan atau memiliki nilai ekonomis tinggi, sedangkan batang bawah
adalah terong yang memiliki ketahanan terhadap penyakit yang ditularkan melalui
tanah. Proses penyambungan dilakukan dengan menggunakan karet pentil sebagai
penyambung atau penghubung sekaligus pemegang batang atas dan bawah dipotong
secukupnya (kurang lebih 1.5 cm). Batang atas tomat dimasukkan ke pintil,
batang bawah dimasukkan ke pintil sehingga batang atas dan batang bawah terhubung.
Tanaman tomat dapat diakukan penyambungan setelah kurang lebih tanaman tomat
berumur 2 minggu.
Informasi mengenai kelayakan ekonomi dari produksi tanaman tomat dengan metode grafting masih terbatas. Diketahui bahwa modal awal untuk menanam tanaman grafting lebih mahal karena membutuhkan biaya tambahan (termasuk benih, tenaga kerja, dan biaya bahan lainnya) serta keterampilan dalam melakukan grafting. Meskipun grafting dapat meningkatkan total biaya produksi, laba bersihnya juga meningkat berdasarkan harga pasar tomat daripada tomat tidak grafting. Namun, perbedaan dalam pengembalian bersih cukup besar untuk tomat yang dicangkokkan secara signifikan lebih menguntungkan karena rasio analisis biaya-manfaat. Meskipun begitu, jika teknik grafting akan diterapkan di Indonesia dibutuhkan penyuluhan mengenai teknik grafting serta keuntungan dan laba hasilnya. Diharapkan terdapat penelitian yang menganalisis secara rinci biaya dan keuntungan secara real sehingga dapat digunakan untuk panutan untuk petani.
Untuk memungkinkan petani menikmati manfaat
dari tanaman yang dicangkokkan, penting juga untuk mempertimbangkan produksi
bibit yang dicangkokkan yang seragam dan sehat dengan harga yang wajar.
Tingginya biaya bibit yang dicangkokkan merupakan hasil dari input tenaga kerja
intensif untuk melakukan pengerjaan, periode produksi yang lebih lama, dan
biaya tambahan dari benih batang bawah. Biaya-biaya ini sering menghambat
potensi penggunaan bibit grafting. Tantangan besar untuk mengadopsi teknik ini adalah
pencangkokan menyediakan alat manajemen spesifik lokasi, dan keberhasilannya
tergantung pada diagnosis akurat dan pemahaman perusahaan tentang populasi
patogen. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan penerapan teknik ini pada
kecepatan yang lebih tinggi, para peneliti, fungsi penyuluhan, dan perusahaan
benih harus secara kolektif melakukan upaya untuk menciptakan kesadaran akan
teknologi ini di antara berbagai pemangku kepentingannya. Penyampaian teknologi kepada petani melalui berbagai
program penyuluhan serta sistem komunikasi informasi lain sangat penting untuk
penjangkauan yang lebih baik kepada petani.
Kedepan, pemuliaan batang bawah tomat diharapkan
mempertimbangkan penyesuaian batang bawah terhadap lingkungan tertentu,
ketahanan terhadap serangga dan penyakit daun, peningkatan ketahanan terhadap
tekanan abiotik, dan peningkatan kualitas buah. Sebagian besar grafting yang
digunakan untuk patogen dirancang secara primer untuk patogen tertentu kecuali
beberapa, di mana batang bawah memberikan ketahanan atau toleransi terhadap
berbagai patogen. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengeksplorasi kemampuan mengelola kompleks penyakit pada tanaman tomat serta kompatibilitas
dengan kultivar lapangan terbuka dan kinerja lapangan tanaman cangkokan dalam
berbagai kondisi untuk perspektif yang lebih luas dari penerapan teknologi ini.
Sumber Refrensi:
Arwiyanto, T.,
Nurcahyanti, S. D., Indradewa, D., & Widada, J. (2015). GRAFTING
LOCAL COMMERCIAL TOMATO CULTIVARS WITH H-7996 AND EG-203 TO SUPPRESS BACTERIAL
WILT (RALSTONIA SOLANACEARUM) IN INDONESIA. Acta Horticulturae, (1069),
173–178.doi:10.17660/actahortic.2015.1069.24
Arwiyanto, T., Lwin, K., Maryudani, Y.,
& Purwantoro, A. (2015). EVALUATION OF LOCAL SOLANUM TORVUM AS A ROOTSTOCK TO
CONTROL RALSTONIA SOLANACEARUM IN INDONESIA. Acta Horticulturae, (1086),
101–106. doi:10.17660/actahortic.2015.1086.11
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217