Smada ‘Sekolah Berbasis Riset’
Pernahkah Anda mendengar
tentang Sekolah Berbasis Riset (SBR) ?
Sewaktu pertanyaan ini saya ajukan kepada guru, mereka menjawab bahwa itu
adalah program Penelitian, sebagian lagi menjawab bahwa itu adalah
penelitian yang dilakukan siswa dalam eskul KIR.
Apa yang disampaikan oleh guru
ada benarnya, tetapi kurang sempurna.
SBR adalah konsep pengembangan
sekolah yang didasarkan pada hasil riset, baik yang dikembangkan oleh sekolah
ataupun oleh lembaga di luar sekolah. Lalu tema
riset
seperti apakah yang akan dikembangkan? Tema riset yang meliputi hal-hal terkait dengan permasalahan dalam
proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum lokal sekolah, penilaian
belajar, pengelolaan sekolah, keterlibatan orang tua agar, dll. Banyak tema
yang bisa diangkat oleh sekolah sebagai salah satu bahan riset, yang hasilnya
nantinya akan dipakai untuk mengembangkan sekolah
kita.
Sepintas, Sekolah Berbasis
Riset (SBR), merupakan istilah baru di Indonesia, tetapi di beberapa negara
maju, istilah ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1980an-1990an. Pada intinya,
konsep ini memiliki sebuah target tersembunyi yaitu membangun semangat dan
budaya untuk meneliti. Konsep SBR akan menjadi wacana baru dalam model
pengembangan sekolah kita. Jika selama ini, sekolah dikembangkan dan dikelola
dengan landasan kebijakan dari pemerintah, maka dengan konsep SBR, sekolah akan
dikembangkan melalui riset.Namun jangan diartikan bahwa konsep SBR akan menentang
kebijakan-kebijakan pemerintah ya ...
Salah satu sekolah yang telah menyelenggarakan SBR ini adalah SMA 6 Yogya yang telah mampu mengubah image
sebagai sekolah okol (tawur/berkelahi) menjadi sekolah akal (berilmu). Dan mereka tidak sekedar mengatakan “We can change” seperti yang
sering disebut-sebut setelah Obama mempopulerkannya, tetapi mereka mampu
merealisasikan dan membuktikan kalimat sakti tsb.
Konsep yang dipakai sekolah ini sederhana saja, bahwa energi yang gemar tawuran sangat
besar, maka bagaimana
mengubah dan mengalihkan energi tsb pada bentuk kegiatan yang positif.
Keberhasilan program ini akan
sangat ditentukan oleh usaha dan kemauan kita semua, mengajak semua sivitas sekolah untuk terlibat dalam
proses pengambilan keputusan pengembangan sekolah yang dilakukan setelah
melalui kegiatan riset. Tentu saja, tidak semua sivitas sekolah akan “rela”
terlibat, apalagi dengan kesibukan mengajar yang semakin menumpuk. Tetapi,
sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju yang telah menerapkan konsep
ini, maka sesibuk apapun kita, mereka dengan
senang hati bergabung dalam kegiatan ini.
Yang
di khawatirkan hanya jika ini dijadikan sebagai beban/kewajiban pada
siswa-siswa, sehingga ada keterpaksaan dalam melaksanakannya. Proyek SBR harus
menjadi kegiatan yang bukan merupakan paksaan, tetapi harus lahir dari kesadaran
kita semua. Alangkah baiknya jika para pengelola sekolah senantiasa memiliki
“alarm” tentang masalah/kekurangan pada institusinya, dan bergerak untuk
memperbaikinya.
Mengerjakannya sendiri
memang tidak akan berhasil, tapi yakini bahwa untuk mencapai sebuah
keberhasilan,”kerjasama” adalah kuncinya. Semoga kedepan nanti semua akan
berjalan sukses. Amin.
Komentar
Posting Komentar