Langsung ke konten utama

Unggulan

Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) : Penyebab dan Pengendaliannya

 Karat Daun Kopi ( Hemileia vastatrix ) : Penyebab dan Pengendaliannya Penyebab penyakit karat daun kopi Jamur yang menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman kopi adalah Hemileia vastatrix pada umumnya adalah parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gambar 1. Konidia jamur Hemilleia sp. Pada H. vastatrix ini spora yang memegang peranan penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah urediospora yang dibentuk dalam jumlah yang besar. Urediospora membentuk pembuluh kecambah yang seterusnya membentuk apresorium di depan mulut kulit, dan seterusnya jamur mengadakan penetrasi ke dalam jaringan daun (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gambar 2. Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gejala penyakit yaitu pada sisi bawah daun terdapat becak-becak yang semula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning tua, terbentuk tepung berwa
Kasus Serangan Monyet Ekor Panjang
Artikel : “Kerap Serang Lahan Pertanian di Gunungkidul, Populasi Monyet Ekor Panjang Akan Dikurangi”




Berdasarkan berita yang dilansir oleh Tribun Jogja, sepanjang tahun 2019 terdapat 11 kecamatan di Gunungkidul yang mengalami serangan monyet ekor panjang dan kecamatan yang megalami serangan terparah adalah Kecamatan Panggang dan Kecamatan Girisubo. Bedasarkan penghitungan kasar di Girisubo terdapat lima koloni dengan jumlah kurang lebih 50-100 ekor. Monyet ekor panjang tersebut menyerang lahan pertanian milik warga sekitar.
Permasalahan monyet ekor panjang yang merusak lahan pertanian milik warga sekitar disebabkan karena populasi yang meningkat, sedangkan jumlah makanan di habitat monyet ekor panjang semakin berkurang karena musim kemarau. Pada saat musim penghujan, monyet ekor panjang tidak menyerang warga karena di habitatnya masih tersedia banyak makanan dan air. Monyet-monyet akan turun saat musim kemarau untuk mencari makan dan air. Monyet turun hingga ke lahan pertanian dan merusak lahan pertanian milik warga. Selain itu, monyet juga turun hingga ke pemukiman warga dan menjarah makanan-makanan yang ada di warung-warung.
Habitat alami monyet ekor panjang adalah rawa-rawa bakau, hutan primer dan sekunder pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, perbatasan areal hutan dan pertanian. Monyet ekor panjang juga dapat ditemui di habitat terganggu khususnya daerah riparian (tepi sungai, tepi danau dan sepanjang pantai dan hutan sekunder areal perladangan) (Linburg, 1980). Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar sangat tergantung dengan keberadaan dan ketercukupan dari komponen habitat, yang apabila salah satu diantaranya tidak terpenuhi satwa akan mati. Komponen penyusun habitat terdiri dari pakan, naungan, air dan ruang (Irwan, 1992). Seperti kasus serangan monyet ekor panjang di Gunung kidul pada musim kemarau, hal tersebut dikarenakan monyet kekurangan komponen penyusun habitatnya, yaitu pakan dan air, sehingga menyerang lahan pertanian dan pemukiman warga.
Menurut Chandra (2006) makanan monyet ekor panjang di Bukit Banten terdapat enam jenis tumbuhan  yaitu jambu air, karet, kelapa, mangga, soroan, serta turi, selain itu monyet dapat memakan jenis tumbuhan lain yang menghasilkan buah, dan dapat memakan daun, bunga, termasuk kulit pohon dan tunasnya. Kebutuhan pakan monyet ekor panjang setiap ekor perhari sebanyak 4% dari bobot tubuhnya, serta memerlukan air untuk minum sebanyak 1 liter per ekor setiap harinya.
Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengantisipasi tejadinya serangan monyet ekor panjang telah dilakukan, diantaranya adalah membangun suaka margasatwa yang terletak di Kecamatan Paliyan dengan luas 400 hektar untuk memberi ruang berkembang biak, selain itu juga telah menanam ratusan pohon buah-buahan itu bertujuan agar monyet tidak merusak lahan-lahan masyarakat. Ada 14 jenis pohon buah yang di tanam di sekitar Suaka Margasatwa Paliyan. Namun, kondisi pohon yang ditanam tersebut belum menghasilkan buah karena baru mulai ditanam.
Potensi reproduksi pertama monyet ekor panjang adalah pada usia 3,5 sampai 5 tahun, Selang waktu pembiakan (breeding interval) terjadi antara 24-28 bulan, masa gestasi berkisar antara 160-186 hari dengan rata-rata 167 hari. Jumlah anak yang dapat dilahirkan satu ekor dengan berat bayi yang dilahirkan berkisar antara 230-470 gram. Anak monyet ekor panjang disapih pada umur 5-6 bulan. Masa mengasuh anak berlangsung selama 14-18 bulan. Perkawinan dapat terjadi sewaktu-waktu dan ovulasi berlangsung spontan dengan rata-rata pada hari ke-12 sampai ke-13 pada siklus birahi (Napier dan Napier, 1967). Dikarenakan populasi monyet ekor panjang yang tinggi di Gunung Kidul, maka diperlukan pengurangan tingkat populasi monyet tersebut.
Upaya yang baru-baru ini akan dilakukan adalah dengan megurangi populasi monyet ekor panjang di Gunung Kidul. Balai KSDA Yogyakarta sudah mengirimkan petugas untuk pengajuan pengurangan populasi ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam, Kementrian Kehutanan. Pengurangan populasi monyet ekor panjang di Kabupaten Gunungkidul rencananya akan dilakukan 60 hingga 70 persen. Penguranagan populasi kali ini akan dilakukan oleh pihak ketiga, seperti yang dilakukan pada tahun 2010 lalu yang melibatkan warga dari Suku Badui untuk menangkap ratusan ekor monyet ekor panjang. Nantinya yang menangkap dari perusahaan akan memiliki izin ekspor sebanyak 20.000 ekor perempat tahun, dan biasanaya akan diekspor ke China dan Amerika. Penangkaan monyet menimbulkan pro dan kontra, karena dimana setelah ditangkap monyet akan dijual ke negara lain. Untuk itu pengurangan populasi monyet dengan cara lain masih di kembangkan untuk saat ini. Salah satu teknologi untuk pengurangan populasi monyet adalah dengan sterilisasi jantan monyet, namun masih dalam tahap penelitian.


Sumber :

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kerap Serang Lahan Pertanian di Gunungkidul, Populasi Monyet Ekor Panjang Akan Dikurangi, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/05/kerap-serang-lahan-pertanian-di-gunungkidul-populasi-monyet-ekor-panjang-akan-dikurangi.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo
Editor: Gaya Lufityanti

Chandra, D. 2006. Analisis Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) diBbukit Banten Kelurahan Sidodadi Kecamatan Kedaton Bandar Lampung. Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem, komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Linburg, G,D,. Ed. 1980. The Macaques. Van Nostrand Reinhold Co. New York. Hal. 239-240.

Komentar

Postingan Populer