Langsung ke konten utama

Unggulan

Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) : Penyebab dan Pengendaliannya

 Karat Daun Kopi ( Hemileia vastatrix ) : Penyebab dan Pengendaliannya Penyebab penyakit karat daun kopi Jamur yang menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman kopi adalah Hemileia vastatrix pada umumnya adalah parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gambar 1. Konidia jamur Hemilleia sp. Pada H. vastatrix ini spora yang memegang peranan penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah urediospora yang dibentuk dalam jumlah yang besar. Urediospora membentuk pembuluh kecambah yang seterusnya membentuk apresorium di depan mulut kulit, dan seterusnya jamur mengadakan penetrasi ke dalam jaringan daun (Semangun, 1990 cit Defitri, 2016). Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gambar 2. Gejala Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix) Gejala penyakit yaitu pada sisi bawah daun terdapat becak-becak yang semula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning tua, terbentuk tepung berwa

MACAM TEKNOLOGI DALAM BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN


MACAM TEKNOLOGI DALAM BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN

1.      Pengamatan Dengan Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh (Wikipedia).
Penggunaan drone dalam mendukung pengamatan untuk budidaya tanaman telah dilakukan sejak lama di negara lain. Beberapa peneliti telah banyak menulis jurnal dan buku terkait penginderaan jauh (remote sensing) dalam dunia pertanian, salahsatunya adalah Jianxi Huang dari China Agricultural University yang telah memulai penelitiannya dari akhir tahun 90an. Penggunaan drone di Indonesia terkait budidaya tanaman telah dilakukan tetapi masih menjadi hal baru dan belum diterapkan secara menyeluruh terkait dengan harga alatnya yang tidak murah.
Contohnya terkait pengamatan OPT Ganoderma pada kebun sawit yang luas,

2.        DNA Barcoding
DNA barcoding merupakan suatu urutan basa DNA yang sangat berbeda-beda antarspesies namun hampir tidak berubah di dalam suatu spesies sehingga dapat dipakai sebagai penanda suatu spesies. Urutan ini, apabila ditemukan, dapat digunakan untuk mengkatalog keanekaragaman hayati secara cepat di suatu daerah suaka atau mengawasi pengiriman hewan atau tumbuhan dari perdagangan hewan atau tumbuhan terancam secara ilegal.

Langkah-langkah membuat DNA Barcoding :
-          Membuat primer mtCO1 (untuk amplifikasi DNA)
-          Ekstraksi DNA, untuk mendapatkan sekuens sampel, lalu diamplifikasi dengan primer mtCO1

DNA marker, salah satu aplikasi teknologi molekuler yang bertujuan untuk membedakan karakteristik suatu spesies pada level gen, terutama analisis genomnya selain dari karakter fisiknya yang tidak dipengaruhi oleh variasi lingkungan. DNA marker juga banyak diaplikasikan untuk mengontrol variasi susunan DNA pada sejumlah spesies termasuk rekayasa variasi genetik berdasarkan sifat yang dianggap baik dan menguntungkan.
Penggunaan DNA marker diawali dengan pengambilan sebagian kecil dari bagian tubuh spesies. Langkah selanjutnya adalah isolasi DNA dan identifikasi gen yang diharapkan membawa sifat baik dan unggul sesuai yang diharapkan dari spesies tersebut. DNA yang terisolasi dikaji melalui bank data gentika dalam rangka identifikasi gen dan pendugaan karakter yang diekspresikan. 
Salah satu penerapan DNA marker adalah pada varietas tanaman. Hal ini dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan jenis tanaman melalui variasi gen karena karakter fisik bisa berubah akibat interaksi dengan lingkungan. Jenis DNA marker pada tanaman ada 2, yaitu berdasarkan teknik PCR dan tidak berdasarkan teknik PCR. DNA marker yang didasarkan pada teknik PCR, misalnya RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) dan SSR (Simple Sequence Repeats). Sedangkan, DNA marker yang tidak didasarkan pada teknik PCR, misalnya RFLP (Restriction Fragment Lenght Polymorphisme).

Teknik DNA Barcoding dapat mengidentifikasi dan membedakan suatu organisme mulai tahap spesies hingga sub spesies. Keunggulan teknik DNA Barcoding, yaitu dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi berbagai spesies yang tidak dapat dibedakan secara morfologi (Tudge 2000). Selain itu, teknik DNA Barcoding juga dapat digunakan untuk identifikasi suatu organisme walaupun DNA dari organisme tersebut tidak dalam bentuk murni atau utuh, bahkan DNA yang sudah mengalami degradasi dan proses pengolahan pun dapat digunakan untuk analisis DNA Barcoding


3.        Tipe ketahanan tanaman

Ada 4 strategi dasar yang digunakan tanaman untuk pertahanan dirinya guna mengurangi kerusakan akibat serangan serangga herbivor, yaitu:
 1) escape atau menghindari serangan serangga berdasarkan waktu atau tempat, misalnya tumbuh pada tempat yang tidak mudah diakses oleh herbivor atau menghasilkan bahan kimia penolak herbivor (repellent);
 2) tanaman toleran terhadap herbivor dengan cara mengalihkan herbivor untuk makan bagian yang tidak penting bagi tanaman atau mengembangkan kemampuan untuk melakukan pemulihan dari kerusakan akibat serangan herbivor;
 3) tanaman menarik datangnya musuh alami bagi herbivor yang dapat melindungi tanaman tersebut dari serangan herbivor, dan terakhir
4) tanaman melindungi dirinya sendiri melalui mekanisme pertahanan kimia atau fisik seperti menghasilkan toksin yang dapat membunuh herbivor atau dapat mengurangi kemampuan herbivor untuk mencerna tanaman itu yang sering disebut dengan antibiosis

Mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangga hama:
-          Ketidaksukaan (non-preferences)/antisenosis atau menolak kehadiran serangga. Ada antisenosis kimiawi, menolak kerana adanya senyawa allelokimia dan antisenosis fisik, menolak karena adanya struktur atau sifat morfologi tanaman.
-          Antibiosis yaitu sifat ketahanan yang memberi pengaruh fisiologis yang merugikan pada serangga, yang merupakan akibat dari serangga yang makan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Misalnya karenaa adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman seperti alkaloid, glukosid dan quinon, tidak ada atau kurang tersedianya unsur nutrisi utama bagi serangga, dll
-          Toleran merupakan respon tanaman terhadap serangga, misalnya : kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, dll


Ketahanan tanaman inang terhadap hama, dapat bersifat genetik, yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik yang dapat diwariskan, dan ketahanan ekologi, yaitu ketahanan tanaman yang disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan
Ketahanan Genetik juga dapat dibedakan menjadi beberapa tipe: (1) ketahanan vertikal, ketahanan hanya terhadap satu biotipe hama, dan biasanya bersifat sangat tahan tetapi mudah patah oleh munculnya biotipe baru; (2) ketahanan horizontal atau ketahanan umum, ketahanan terhadap banyak biotipe hama dengan derajat ketahanan yang tidak tinggi (agak tahan); dan (3) ketahanan ganda, memiliki sifat tahan terhadap beberapa jenis hama.
Ketahanan ekologi atau ketahanan terlihat (apparent resistance) atau ketahanan palsu (pseudo resistance) dikendalikan oleh keadaan lingkungan. Ketahanan ekologi ini tidak diturunkan dan tergantung dari kekuatan tekanan dari lingkungan.
Ketahanan tanaman bersifat (1) genik, yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat genetik yang dapat diwariskan, (2) morfologik, yaitu sifat tahan karena sifat morfologi tanaman yang tidak menguntungkan bagi hama/patogen, dan (3) kimiawi, yaitu sifat tahan karena zat kimia yang dihasilkan tanaman.

4.        Gen Editing

Gen Editing (bahasa Inggrisgenome editing with engineered nucleases, GEEN), adalah salah satu bentuk rekayasa genetik berupa penyisipan, penggantian, atau pembuangan (sebagian) DNA pada genom suatu organisme hidup dengan menggunakan enzim-enzim nuklease yang sudah direkayasa untuk memotong dan menyambungnya.
Hingga tahun 2016 telah dikenal empat keluarga nuklease terekayasa untuk penyuntingan genom yang dilakukan orang, yaitu meganukleasenuklease jemari zink (zinc finger nucleases / ZFN), nuklease efektor serupa aktivator transkripsi (transcription activator-like effector nucleases / TALEN), dan sistem CRISPR-Cas
CRISPR-Cas9 diadaptasi dari sistem penyuntingan genom yang terjadi secara alami pada bakteri. Bakteri menangkap potongan DNA dari virus yang menyerang dan menggunakannya untuk membuat segmen DNA yang dikenal sebagai susunan CRISPR. Array CRISPR memungkinkan bakteri untuk "mengingat" virus (atau yang terkait erat). Jika virus menyerang lagi, bakteri menghasilkan segmen RNA dari susunan CRISPR untuk menargetkan DNA virus. Bakteri kemudian menggunakan Cas9 atau enzim serupa untuk memotong DNA, yang menonaktifkan virus.
Beberapa tahun terakhir telah menyaksikan kemunculan metode modifikasi terarah di lokasi menggunakan meganucleases, zinc finger nucleases (ZFNs), nukleasi efektor seperti aktivator transkripsi (TALENs), dan berkelompok pengulangan palindrom pendek berulang (CRISPR) / protein terkait CRISPR 9 (Cas9)


5.        Cross-Protection

Dalam interaksi awal, virus tantangan dapat dihambat dari uncoating, sehingga mencegah inisiasi siklus replikasi. Jika replikasi dimulai, sejumlah mekanisme mungkin terlibat dalam mengendalikan replikasi virus tantangan: (1) terjemahan awal asam nukleat virus yang masuk dapat diblokir, (2) transkripsi asam nukleat virus yang masuk dapat dicegah bahkan jika diterjemahkan pada awalnya, dan (3) produksi asam nukleat virus sepanjang genom dapat dihambat. Akhirnya, bahkan jika virus tantangan direplikasi, pergerakan dari sel ke sel dapat dicegah.

Komentar

Postingan Populer